Bersemangat hadapi ujian

Hari ini saya UAS. Bukan Ujian Agak Serius lho.. πŸ™‚
Ya, ujian akhir semester.

Hari ini saya harus menghadapi ujian yang mata kuliyahnya baru saya dapati di program magister, yakni
METODE OPTIMASI.
Belajar materi kuliyah ini memang perlu energi dan usaha lebih bagi saya, paling tidak untuk mengerti dan memahaminya supaya saya jatuh cinta. :p
Belajar tentang materi kuliyah ini membuat saya selalu bersemangat, paling tidak dari namanya saja OPTIMASI, jadi harus OPTIMIS. (beda dikit) :p
Belajar tentang materi kuliyah ini membuat saya menjadi pembelajar sejati, paling tidak saya belajar sampe nginep di kantor ditemani kopi dan kawan seperjuangan πŸ™‚
Sampe tulisan ini dibuat, masih ada beberapa materi yang blum saya mengerti dan waktu menuju ujian tinggal 7 jam lagi.

Belajar menghadapi ujian adalah kondisi menyenangkan. Jika ujian dianggap sebagai masalah, maka belajar menghadapi ujian adalah belajar untuk menyelesaikan permasalahan yang kita tahu bentuk masalahnya dan seberapa luas ruang lingkupnya. Ujian Akhir Semester sudah ditentukan permasalahannya, misal UAS METODE OPTIMASI, berarti ya..masalahnya berkaitan tentang bagaimana mengoptimalkan suatu fungsi tujuan dengan pembatas-pembatas yang sudah ditentukan. Hal yang tidak mungkin jika UAS METODE OPTIMASI, lalu persoalan yang diujikan adalah tentang RUU yogyakarta yang sekrang lagi rame. Atau jika UAS MATEMATIKA, pasti yang ditanyakan yaa..tentang matematika, ga mungkin tentang cara menanggulangi bencana di Indonesia, *sambil berdoa smoga para korban bisa tabah*

Kan? Bener-bener kondisi yang menyenangkan jika kita belajar menghadapi ujian dan tau konteks ujiannya.
Seandainya saja semua permasalahan dalam kehidupan kita tau konteksnya, bayangkan betapa mudahnya hidup ini. Mungkin ga ada orang yang bunuh diri karena terlilit hutang, mungkin ga ada orang yang mencuri karena ga punya duid untuk beli makanan, mungkin ga ada orang yang saling bermusuhan karena senggol-senggolan, mungkin ga ada orang yang korupsi karena masalah dunia harus dipertanggungjawabkan.

Namun situasi menghadapi permasalahan pasti ada batasnya. Karena ketidaktahuan batas itulah kita (baca: saya) berada diambang kebingungan, apa yang harus saya lakukan dan bagaimana bisa menyelesaikan permasalahnnya.

Not all legends are about victory, some of about struggle.

Kalimat diatas adalah kalimat kunci saya untuk pagi ini. Bahwa, menghadapi permasalahan adalah sebuah proses. Bahwa terselesaikannya masalah, kesuksesan, kemenangan, dapet A adalah target-target yang harus diperjuangkan. Tidak ada kemenangan tanpa adanya perjuangan, tak ada perjuangan tanpa kerja keras, tak ada kerja keras kecuali membutuhkan kesabaran. Sehingga, untuk menang..kita perlu kesabaran. Paling tidak sabar untuk mengetahui konteks permasalahannya, agar dapat tetap dan terus bersemangat menghadapi ujian…ujian akhir semester.

Doakan saya ya… πŸ™‚

jabaterat,
#FER

  1. December 13, 2010 at 8:29 am

    “menghadapi permasalahan adalah sebuah proses. Bahwa terselesaikannya masalah, kesuksesan, kemenangan, dapet A adalah target-target yang harus diperjuangkan. Tidak ada kemenangan tanpa adanya perjuangan, tak ada perjuangan tanpa kerja keras, tak ada kerja keras kecuali membutuhkan kesabaran. Sehingga, untuk menang..kita perlu kesabaran”

    saya suka bagian itu, tulisan bapak mengingatkan saya bahwa mengkhatamkan si neng Thes** (yg belakangan banyak masalahnya) adalah sebuah proses perjuangan, apapun hasilnya nanti yg penting berjuang dulu, thx pak.

    selamat ujian pak FER, smoga lantjar djaja πŸ™‚

    • ferdiandonthavelastname
      December 13, 2010 at 1:02 pm

      Terima kasih pak wahyu atas doanya. Siapa tau kita bisa ngerjain **esis bareng :p

  2. December 14, 2010 at 6:20 am

    Kadang konteksnya sulit untuk ditemukan krn berkaitan dg orang lain. Yang tidak bisa diketahui dg pasti isi hatinya. Akhirnya menerka-nerka lewat proses analisa. Bisa benar, mungkin juga salah. Dan kalau salah tidak bisa ditebak dampaknya. Hmm…

    Iya, perlu BANYAK-BANYAK bersabar…

    Jadi ingat kalimat T.Harv Eker : every master, once a disaster.

  1. No trackbacks yet.

Leave a comment